Selasa, 31 Oktober 2017

Tentang Rizqi


Pembuktian tentang rizqi ini memang tidak akan bisa dibuktikan dengan akal pikiran manusia atau dengan uji klinis ilmu pengetahuan modern.

Allah selalu memberikan tanda-tanda agar manusia bisa belajar memahaminya.  Semut, hewan yang sangat kecil itu, bagaimanapun telah dijamin kehidupannya oleh Allah. Allah tidak pernah menyia-nyiakan makhluknya yang hidup di alam ini walaupun hanya sekecil semut sekalipun.

Laba-laba yang lemah dan kecil itu diberi kemampuan oleh Allah bisa membuat jaring-jaring sebagai tempat tinggal dan mencari makan. Bagaimana mungkin hewan yang hanya diam seharian di tempatnya bisa mendapatkan makanan dari serangga-serangga yang melayang dan terjerat di jaringnya, jika bukan karena kekuasaan Allah.

Pun begitu juga dengan manusia, dalam kaitannya dengan rizqi, Allah sama sekali tidak pernah meninggalkan manusia. Di lauhul mahfudz sana, Allah telah menyediakan bagian-bagian rizqi yang kelak akan diberikan kepada manusia ketika dia lahir ke dunia. 

Ketika anak masih di dalam janin dan bahkan ketika bakal benih itu belum bersatu antara spermatozoa dan ovum, jauh hari sebelum keduanya bersatu, Allah telah menciptakan payudara ibu yang menampung air susu sebagai bekal pertama untuk menunjang kehidupan si anak ketika lahir nanti. Air susu ibu itulah yang disebut dengan rizqi. 

Payudara ibu tidak dibentuk setelah janin terlahir ke dunia, melainkan jauh sebelum dia menghirup udara untuk pertama kalinya. Bukankan itu sebagai peringatan kepada si anak nanti, bahwa dalam kehidupan ini jangan pernah sangsi dan ragu tentang rizqi yang sebenarnya telah disiapkan oleh Allah. Itulah hakikat dari riqki yang telah diciptakan oleh Allah jauh sebelum manusia lahir.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Sesungguhnya Allah Dialah Yang Banyak Memberi rizqi Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (Surah Adz-Dzaariyaat:58).


وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (Huud: 6).

Tugas kita bukan mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk muluk cita memilikinya, melainkan menyiapkan jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karunia ALLAH SWT.
Betapa banyak orang bercita cita menggenggam dunia, kita silap bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka, tapi apa yang sdh 
Kita nikmati.

Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya, demi angka, simpanan, gaji, yang mungkin esok pagi ditinggalkannya (mati).

Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada perbuatan kita.
Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu urusan ALLAH SWT. Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan taat & berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita, ALLAH SWT Letakkan sekehendakNya.

Bukankah Ibunda Siti Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa, tapi Air Zam-zam justru terbit di kaki Nabi Allah Ismail 'Alaihissalam bayinya Ibunda Siti Hajar,

Ikhtiar itu Tingkah laku dalam perbuatan. Sedangkan rizqi itu adalah kejutan. Rizqi itu kejutan untuk disyukuri hamba yang bertaqwa, datang dari arah tidak pernah terduga. Tugas kita cuma menempuh dari jalan halal, ALLAH SWT lah yang melimpahkan bekal rizqi.

Allah Ta’ala melapangkan rizqi bagi sebagian hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya bagi sebagian yang lainnya, untuk suatu hikmah yang Allah ketahuinya.

Hal itu merupakan kebijaksanaan dari-Nya dan sesuai dengan ilmu-Nya tentang apa yang bermanfaat dan yang layak bagi hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ

“Dan Allah melebihkan sebahagian kalian dari sebagian yang lain dalam hal rizqi” (An-Nahl: 71).

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah melapangkan rizqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (Al-‘Ankabuut: 62).

Sekali lagi, yang terpenting di tiap kali kita meminta dan ALLAH SWT memberi karunia, jagalah sikap pada saat menjemputnya dan jawab soalanNya, "Buat apa?" Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia, lupa bahwa semua hanya "HAK PAKAI" yang HALALNYA AKAN DI HISAB DAN HARAMNYA AKAN DI AZAB.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ

“Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari (rizqi). Sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal sampai ia sudah meraih seluruh (bagian) rizqinya, meskipun tertunda darinya. Bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari (rizqi)."

Dengan itu kita mohon "Ihdinash Shirathal Mustaqim", petunjuk ke jalan orang yang diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat ridhaNya di akhirat. Bukan jalannya orang yang terkutuk apalagi jalan orang yang tersesat.
Maka segala puji hanya bagi ALLAH SWT, hanya dengan nikmat ALLAH SWT-lah maka kesempurnaan menjadi paripurna". 

WALLAHUA'LAM BISHOWAB....
Semoga Bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar