Selasa, 31 Oktober 2017

Atikah binti Zaid bin Amar bin Nufail - Istri Para Syuhada.



Atikah binti Zaid bin Amar bin Nufail merupakan keturunan dari salah satu kabilah Quraisy yang baik nasabnya. Wanita ini memiliki perangai yang lembut, paras yang cantik, berakhlak mulia dan bersih hatinya. Semasa hidupnya, beliau menikah dengan pria-pria yang terbaik di jaman tersebut dan keempatnya mati syahid.

Shahabat wanita ini memiliki sekian banyak kemuliaan dan keistimewaan. Selain parasnya yang cantik beliau, cukup dikenal di kalangan shahabiyah dengan kefasihanya serta kemampuanya bersyair. 

Ia adalah saudara kandung salah satu shahabat yang dijamin masuk syurga Said bin Zaid. Beliau merupakan putri dari Zaid bin ‘Amr bin Naufal, laki laki yang telah bertauhid sepanjang hidupnya. Ya, beliau adalah shahabiyah yang mulia Atikah binti Zaid.

Modal kebersihan hati dan keluhuran jiwa yang membuatnya mudah menerima hidayah Islam. Ia dengan mudah menyatakan baiat kepada Rasulullah SAW. Ini ditunjukkan dengan responsnya yang sigap saat perintah hijrah ke Madinah turun. Ia pun ikut berhijrah.

Terkait derajat dan kemuliaan Atikah, Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, “Siapakah yang menyukai mati syahid di masa mendatang, hendaklah dia menikah dengan Atikah”.

Pernyataan menantu Rasulullah tersebut, bukan tanpa alasan. Atikah, menikah dengan empat sahabat pilihan dan kesemuanya wafat dalam kondisi syahid. Abdullah bin Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Al khattab, Zubair bin Al Awwam, dan Husein bin Ali bin Abi Thalib. 

Pernikahan

Suami pertama - Abdullah bin Abu Bakar Ash Shidiq

Pernikahan pertama beliau adalah dengan Abdullah, putra dari Abu Bakar Ash Shidiq. Keluarganya Abu Bakar adalah orang-orang yang terdepan dalam jihad dan membela Rasulullah pada masa Jahiliyah. Bahkan mereka menginfaqkan hampir seluruh hartanya di jalan Allah dan untuk membela Rasulnya. 

Namun karena kecantikan Atikah dan kepandaiannya dalam berinteraksi, Abdullah lalai dalam shalat berjama’ah. Pasangan ini asyik bercanda dari sebelum adzan hingga shalat selesai ditunaikan. Maka sang ayah memanggil anaknya dan mengatakan padanya 
untuk menceraikan Atikah.

Setelah bercerai dengan Atikah, Abdullah jatuh sakit. Maka Abu Bakar pun mengijinkan sang anak untuk rujuk dengan Atikah, namun dengan satu syarat, yakni jangan sampai cintanya kepada Atikah mengalahkan cintanya kepada Allah dan Rasulnya. Waktu pun terus berjalan. Hingga akhirnya Abdullah gugur sebagai syuhada di perang Thaif. Atikah pun menjanda, janda seorang Syuhada.

Abdullah dan Atikah keduanya adalah pasangan suami istri yang saling mencintai, sampai keduanya berjanji untuk tidak menikah lagi jika salah satu dari mereka meninggal terlebih dahulu.

Setelah Abdullah syahid, khalifah Umar bin Khathab datang melamar Atikah. Umar mengutus seseorang untuk menemui Atikah untuk menyampaikan pesan bahwa Atikah telah mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah. Mendengar hal tersebut Atikah pun menerima lamaran Umar bin khathab hingga akhirnya keduanya menikah.

Suami kedua - Umar bin Khattab

Setelah selesai masa ‘iddah beliau, Atikah yang sangat sholeh ini dipersunting oleh Amirul Mukminin kedua, yakni Umar bin Khattab. Keduanya menjalin kasih yang amat mesra karena Allah. Atikah pun secara penuh mengabdi kepada suaminya yang baru. Cinta dan kasih sayangnya kepada Umar bin Khattab bahkan bisa dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. 

Dalam pernikahannya dengan Umar bin khathab. Atikah menjadi saksi karya-karya besar yang telah ditorehkan suaminya dalam menegakan dienul Islam. Kehadiran buah hati bernama Iyadh, semakin menyempurnakan biduk mahligai rumah tangga mereka. Hingga suatu hari, Atikah menyaksikan terbunuhnya Al-Faruq sebagai seorang syahid. Maka untuk kedua kalinya Atikah menjadi janda Syuhada.

Suami ketiga - Zubair bin Awwam

Tak berselang lama selewat masa ‘iddah, Atikah dipersunting oleh Zubair bin Awwam, ksatria penunggang kuda yang sangat berani dan tidak pernah takut mati di medan perang. 

Zubair bin Awwam adalah seorang sahabat nabi yang sangat tidak diragukan lagi perannya dan kesolehannya. Komitmennya dalam dakwah dan jihad sangat besar. 

Suami ketiganya ini sangat pencemburu dan posesif. Meskipun, umur Atikah tak lagi muda. 

Namun, kebahagian keluarga ini juga tak bertahan lama. Zubair terbunuh di lembah as-Siba’ oleh Ibn Jarmuz dalam Perang Jamal. Ia bersenandung: ”Sungguh Zubair telah menghadapi cobaan murni, dan aku melihatnya (ada) di tempat mulia.”

Maka untuk ketiga kalinya Atikah menjadi janda Syuhada.

Suami keempat - Husein bin Ali bin Abi Thalib

Pada masa itu ‘Ali bin Abi Thalib hendak mempersunting Atikah. Namun Ali mengurungkan niatnya tersebut karena Atikah mengajukan syarat yang tidak mungkin dipenuhi oleh beliau, yakni supaya siapapun suaminya nanti tidak akan terjun ke dalam kancang jihad bil qital. 

Saat usia Atikah menginjak kepala lima, ia menikah dengan cucu Rasulullah saw, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Husein terpikat dengan akhlak Atikah binti Zaid yang luhur. 

Walau usia mereka terpaut jauh, keduanya tetap saling mengasihi dan senantiasa harmonis. Mereka saling mencintai karena Allah. Namun takdir Allah tidak dapat ditolak, Husein bin Ali juga meninggal syahid di Karbala, Iraq. Maka untuk keempat kalinya. 

Pernikahannya dengan Husein ini merupakan pernikahannya yang terakhir. Kesabaran dan ketegarannya bersuamikan para syahid, memberikan suri tauladan luar biasa yang patut dicontoh oleh setiap muslimah.

Atikah hidup hingga awal kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan, khalifah pertama Dinasti Bani Umayyah. Atika binti Zaid bin Amar bin Nufail meninggal dunia pada tahun 40 Hijriyah. 

Akhlak yang mulia, kecerdasan, dan kesabaran seorang Atikah binti Zaid sangat patut dicontoh oleh muslimah pada era sekarang. Semoga kita diberikan kemudahan untuk mencontoh kebaikan yang ada pada diri shahabiyah mulia ini; Atikah binti Zaid radhiyallaahu ‘anha.

Itulah hidup Atikah . Wanita cantik, cerdas dan seorang penyair yang banyak diinginkan para shahabat. Semua yang pernah menjadi suaminya selalu mati sebagai syuhada, meskipun mereka belum lama menjadi suami istri, Hal ini membuktikan bahwa benar ketentuan Allah yang menyatakan bahwa hanya orang baik saja yang dipasangkan dengan orang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar