Minggu, 29 Oktober 2017

HUKUM THIYARAH / TATHAYYUR


Muwahhidin (Muslimin yang bertauhid) tidak akan mempercayai Thiyarah atau Tathayyur (merasa bernasib sial karena sesuatu). Thiyarah atau Tathayyur diambil dari kalimat زَجَرَ الطَّيْرَ (menerbangkan burung).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Dahulu, mereka suka menerbangkan atau melepas burung, jika burung itu terbang ke kanan, maka mereka menamakannya dengan ‘saa-ih’, bila burung itu terbang ke kiri, mereka namakan dengan ‘baarih’.

Kalau terbangnya ke depan disebut ‘na-thih’, dan manakala ke belakang, maka mereka menyebutnya ‘qa-id’.

Sebagian kaum bangsa Arab menganggap sial dengan ‘baarih’ (burungnya terbang ke kiri) dan menganggap mujur dengan ‘saa-ih’ (burungnya terbang ke kanan) dan ada lagi yang berpendapat lain.” 

Tathayyur (merasa sial) tidak terbatas hanya pada terbangnya burung saja, tetapi pada nama nama, bilangan, angka, orang orang cacat dan lain lain.

Misalnya mempercayai kesialan atas kedatangan burung gagak, kejatuhan cicak, angka 13 dan lain sebagainya.

Semua itu diharamkan dalam Syari’at Islam dan dimasukkan dalam kategori perbuatan SYIRIK oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena orang yang bertathayyur menganggap hal hal / benda benda tersebut membawa untung dan celaka. 

Keyakinan seperti ini jelas jelas menyalahi keyakinan terhadap taqdir (ketentuan) Allah 'Azza wa Jalla.

* Tathayyur menafikan (meniadakan) Tauhid dari dua segi:

1. Orang yang bertathayyur tidak memiliki rasa tawakkal kepada Allah 'Azza wa Jalla dan senantiasa bergantung kepada selain Allah.

2. Ia bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya dan merupakan sesuatu yang termasuk takhayyul dan keragu raguan.”

Ibnul Qayyim rahimahullah kembali menuturkan:

“Orang yang bertathayyur itu tersiksa jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit hidupnya dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal hal yang tidak memberi manfaat dan mudharat kepadanya, tidak sedikit dari mereka yang kehilangan peluang dan kesempatan."

* Tathayyur Adalah Perilaku Orang-orang Kafir

Dalam beberapa ayat Alquran, Allah menyebutkan perilaku ini pada sebagian orang-orang kafir dahulu.

1. Tathayyur adalah perilaku Kaum Tsamud

Kaum Tsamud adalah orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Shalih ‘alaihis Salaam. Allah menceritakan at-Thiyarah pada ucapan mereka melalui firman-Nya (artinya):

“Mereka (kaum Tsamud-pen) berkata: “Kami menganggap sial terhadap keberadaanmu dan orang-orang yang mengikutimu. Maka Nabi Shalih mengatakan: “Kesialan yang menimpa kalian sesungguhnya telah ditetapkan Allah. Bahkan kalian adalah kaum yang sedang mendapatkan ujian” (an-Naml: 47)

2. Tathayyur adalah perilaku Fir’aun dan pengikutnya

Fir’aun dan pengikutnya adalah orang-orang yang diutus kepada mereka Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimas Salaam. Allah menyebutkan salah satu kisah mereka dalam firman-Nya (artinya):

“Maka apabila keberuntungan menyertai mereka (Fir’aun dan pengikutnya-pen), ternyata mereka berkata: “Kami berhak mendapatkan keberuntungan ini.” Namun apabila kesialan menimpa mereka, maka mereka pun beranggapan sial terhadap keberadaan Musa, dan orang-orang yang mengikutinya. Ketahuilah kesialan yang menimpa mereka itu sesungguhnya telah ditetapkan Allah. Namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (al-A’raaf: 131).

Tafsir Ath Thabari mengenai Surah Al A'raaf 131 (secara diringkas)

Thiyarah termasuk syirik yang menafikan kesempurnaan tauhid, karena ia berasal dari apa yang disampaikan syaithan berupa godaan dan bisikannya.

3. Tathayyur adalah perilaku Ashabul Qaryah

Ashabul Qaryah adalah orang-orang yang ada di sebuah negeri, dan hidup di tengah mereka para juru dakwah. Allah menceritakan perihal mereka dalam firman-Nya (artinya):

“Dan sampaikan (wahai Muhammad) kepada mereka (orang-orang Musyrik Jahiliah-pen), tentang Ashabul Qaryah, tatkala para utusan dakwah mendatangi mereka.” (Yaasin: 13)

Lalu bagaimana tanggapan Ashabul Qaryah terhadap seruan para juru dakwah tadi? Allah pun mengisahkan tanggapan mereka dalam firman-Nya (artinya):

“Mereka (Ashabul Qaryah -pen) berkata: “Sesungguhnya kami beranggapan sial terhadap keberadaan kalian. Apabila kalian tidak berhenti dari dakwah kalian, maka sungguh kami akan melempari kalian dengan batu, dan sesungguhnya kalian akan merasakan siksa yang pedih dari kami.” Mereka (para juru dakwah) pun berkata: “Kesialan yang menimpa kalian itu disebabkan perbuatan maksiat yang kalian lakukan. Apakah bila kalian diberi peringatan (justru kalian beranggapan sial terhadap keberadaan kami?!). Bahkan kalian adalah kaum yang melampaui batas.” (Yaasin: 18-19).

4) Tathayyur adalah perilaku orang-orang Musyrik Jahiliah

Allah mengatakan hal ini dalam salah satu firman-Nya (artinya):

“Dan apabila keberuntungan menyertai mereka (orang-orang musyrik jahiliah -pen) maka mereka berkata: “Keberuntungan ini datangnya dari Allah”. Namun apabila kesialan menimpa mereka, maka mereka berkata: “Kesialan ini muncul akibat (seruan) mu”. Katakanlah: “Keberuntungan dan kesialan itu telah ditetapkan Allah” (an-Nisaa’: 78).

Abu Qasim bersabda :

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.”
Shahih, Bukhari no. 909 dan lainnya

Dari Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulami radhiallahu 'anhu, bahwasanya ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Di antara kami ada orang-orang yang bertathayyur.”

Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Itu adalah sesuatu yang akan kalian temui dalam diri kalian, akan tetapi janganlah engkau jadikan ia sebagai penghalang bagimu."
Shahih, Muslim no. 537

Nabi menasehati bahwa rasa sial dan nasib malang yang ditimbulkan dari sikap tathayyur ini hanya pada diri dan keyakinannya saja, bukan pada sesuatu yang ditathayyurkan.

Maka prasangka, rasa takut dan kemusyrikannya itulah yang membuatnya bertathayyur dan menghalangi dirinya untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, dan bukan berdasarkan dengan apa yang dilihat dan didengarnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menerangkan permasalahan tersebut kepada umatnya tentang kesesatan tathayyur supaya mereka mengetahui bahwa Allah Ta’ala TIDAK MEMBERIKAN kepada mereka
 suatu pertanda kesialan, atau menjadikannya sebab bagi apa yang mereka takutkan dan khawatirkan. Supaya hati mereka menjadi tenang dan jiwa mereka menjadi damai di hadapan Allah Ta'ala.

* Pengharaman Thiyarah didasarkan pada beberapa hal:

1. Thiyarah menjurus kepada sikap bergantung kepada selain Allah Ta’ala

2. Thiyarah melahirkan perasaan takut, tidak aman dari banyak hal dalam diri seseorang, sesuatu yang pada gilirannya menyebabkan kegoncangan jiwa yang dapat mempengaruhi kehidupannya sebagai hamba Allah.

3. Thiyarah membuka jalan penyebaran khurafat dalam masyarakat dengan jalan memberikan kemampuan mendatangkan manfaat dan mudharat yang dapat menjurus kepada Syirik Akbar.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiallahu 'anhuma, ia berkata: 
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:"Barangsiapa mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.”
Para Sahabat bertanya: “Lalu apakah tebusannya?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Hendaklah ia mengucapkan:

اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang telah Engkau tetapkan. Tidak ada kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau tetapkan pula. Dan tidak ada Sesembahan yang berhak disembah dengan benar, kecuali Engkau” [Diriwayatkan oleh Ahmad (2/220), Ibnus-Sunniy (no. 287), Ibnu Wahb dalam Jaami’-nya (no. 656, 657, 659, 660); dari Ibnu ‘Amr. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah (no. 1065).]

Sebagian Contoh Tathayyur Di Sekitar Kita:

1.  Anggapan sial terhadap angka 13.

2. Anggapan sial terhadap suara / hinggapnya burung hantu di tempat tertentu. Atau masuknya kupu-kupu, kelelawar atau tokek ke rumah.

3. Anggapan sial setelah kendaraannya melindas kucing hingga mati.

4. Anggapan sial terhadap malam Jumat Kliwon.

5. Anggapan sial terhadap tempat tertentu baik di darat maupun di laut, karena sering terjadi kecelakaan, atau sering muncul makhluk halus di tempat tersebut.

6. Anggapan sial terhadap bulan Sura (Muharram), sehingga pantangan untuk menyelenggarakan acara pernikahan di bulan tersebut.

Allahu A'lam

Ittaqullah Yaa Nafsiy, Ittaqullah Ilal Maut 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar