Selasa, 10 Oktober 2017

Anyaman


Anyaman adalah serat yang dirangkaikan hingga membentuk benda yang kaku, biasanya untuk membuat keranjang atau perabot. Anyaman seringkali dibuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan, namun serat plastik juga dapat digunakan.

Bahan yang digunakan bisa bagian apapun dari tanaman, misalnya inti batang tebu atau rotan atau keseluruhan ketebalan tanaman, seperti misalnya dedalu. Bahan lainnya yang terkenal digunakan sebagai anyaman adalah gelagah dan bambu.

Biasanya rangkanya dibuat dari bahan yang lebih kaku, setelah itu bahan yang lebih lentur digunakan untuk mengisi rangka. Anyaman bersifat ringan tetapi kuat, menjadikannya cocok sebagai perabot yang sering dipindah-pindah. Anyaman sering digunakan untuk perabot di beranda dan teras.

* Anyaman Bambu

Negara penghasil bambu terbesar di dunia adalah India yang memiliki perkebunan bambu seluas 9 juta ha. Yang kedua adalah China dengan luasan kebun bambu 3 juta ha, diikuti oleh Jepang seluas 120.000 ha.

Anyaman bambu atau kerajinan anyaman dari bambu merupakan salah satu jenis dari berbagai macam hasta karya yang anda di Indonesia. Di tambah lagi iklim tropis yang ada di Indonesia sangat mendukung perkembangan tanaman bambu yang. Sehingga ketersedian bahan baku untuk membuat anyaman dari bambu sangat melimpah.

Selain digunakan sebagai anyaman bambu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat-alat rumah tangga. Tapi bambu paling banyak dimanfaatkan sebagai anyaman. Anyaman bisa dibuat dari bahan yang hemat tapi bisa menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang memiliki banyak manfaat dan juga nilai ekonomis yang tinggi.

Dari sekian banyak jenis bambu yang kita miliki, ternyata masing-masing mempunyai sifat yang khas. Hal inilah yang membuat perbedaan dala pemanfaatannya. Berikut ini beberapa jenis di antaranya.

1. Bambu Apus


Bambu apus dikenal juga sebagai bambu tali atau dalam bahasa Sundanya awi tali. Bambu apus (Gigantochloa apus) termasuk dalam genus Gigantochloa, jenis bambu yang tumbuh merumpun. Tingginya bisa mencapai 20 m dengan warna buluh hijau cerah atau kekuning-kuningan. Batangnya tidak bercabang di bagian bawah, diameternya 2,5-15 cm, tebal dinding 6-13 mm, dan panjang satu ruas 45-65 cm.

Bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Bentuk batangnya sangat teratur dengan buku-buku yang sedikit membengkak. Bambu apus hanya ditemukan di Jawa, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Rebungnya pahit dan tidak bisa dimakan.

Bambu apus terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku anyaman karena seratnya yang panjang, halus, dan lentur. Sebaliknya jenis bambu ini tidak baik digunakan sebagai alat musik, karena buku-bukunya yang cekung menyebabkan gaung yang tidak beraturan.

Bambu ini, dalam keadaan basah berwarna hijau dan tidak keras. Sebaliknya bila sudah kering warnanya menjadi putih kekuning-kuningan, liat, dan tidak mudah putus. Karena itu, tak heran bila bambu ini digunakan sebagai bahan utama untuk kerajinan anyaman.

2. Bambu Betung


Bembu betung (Dendrocalamus asper Schult. F. Backer) dalam bahasa daerah populer dengan sebutan awi bitung, bambu betung, deling betung, jajang betung, dan pereng betung. Jenis bambu ini memiliki rumpun yang agak sedikit rapat dengan pertumbuhan yang sangat lambat. Tinggi buluhnya mencapai 20 m dengan garis tengah sampai 20 cm. Panjang ruasnya 40-60 cm sedang ketebalan dinding buluh mencapai 1-1,5 cm. Jenis bambu ini bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl.

Bambu betung banyak digunakan sebagai bahan bangunan, bahan baku pembuat dinding rumah yang dianyam atau dibelah, furniture, dan berbagai kerajinan seperti keranjang bambu. Rebungnya yang digunakan untuk sayur, terkenal paling enak di antara jenis-jenis bambu lainnya.

3. Bambu Gombong/Ater


Bambu gombong/ater Gigantochloa verticillata Munro (G. atter Kurz) tumbuh sangat merumpun. Tinggi buluhnya mencapai 26 m dan tumbuh tersebar mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Garis tengah pangkal batangnya mencapai 4-13 cm dengan tebal dinding 6-20 mm. Warna buluhnya hijau atau hijau dengan garis-garis kuning membujur.

Forma yang sebagian dari batangnya bergaris-garis di Jawa Barat disebut sebagai bambu andong, sedang yang tidak bergaris ater. Bambu andong ini dalam bahasa Sunda dikenal sebagai awi andong, awi gombong, awi surat, awi temen, sedang dalam bahasa Jawa disebut sebagai pring surat.

Rebungnya merupakan yang terbaik dari rebung jenis bambu lainnya. Umumnya bambu ini banyak digunakan sebagai  bahan baku bangunan, chopstick dan berbagai kerajinan tangan.

Pelepah buluhnya selalu ditutupi oleh miang yang melekat dan berwarna hitam. Pertumbuhan jenis bambu ini tergolong lambat. Bambu hitam tersebar di Jawa dan hidup pada ketinggian 0-650 m dpl.

Jenis bambu ini juga populer dengan sebutan pring wulung atau awi hideung. Bambu hitam banyak digunakan sebagai bahan baku furniture, dinding dari bambu, alat musik, alat rumah tangga dan kerajinan tangan, bahkan juga sebagai pipa air dan pagar di desa-desa.

Bambu hitam, dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklat-coklatan.

4. Bambu tutul (Bambusa vulgaris Schrad)


dalam bahasa daerah dikenal juga sebagai awi ampel, awi gading, awi koneng, awi tutul (Sunda), pring ampel, pring ampel kuning, pring gading, pring legi, pring tutul (Jawa).

Jenis bambu ini tumbuh merumpun tidak terlalu rapat. Tingginya antara 15-20 m, besar pangkal batangnya bisa mencapai 10 cm, tebal dinding 10-15 mm, dan panjang ruas 20-45 cm. Warna buluhnya hijau, kuning, hijau dengan garis-garis kuning membujur atau kuning dengan bercak-bercak cokelat. Jenis bambu ini memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah diperbanyak, dan dapat tumbuh baik di tempat yang cukup kering.

Forma yang berbercak-bercak seperti kulit macan tutul banyak digunakan untuk bahan baku berbagai furniture, sangkar burung, dan alat musik.

* Anyaman Pandan

Daun pandan adalah tumbuhan monokotil yang mempunyai nama latin (Pandanus Amarylifolius Rax) Daun pandan sering digunakan sebagai pewarna dan pewangi makanan.

Saat ini, daun pandan juga bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan tikar, tas, sandal dan berbagai suvenir lainnya.

Nilai ekonomis kerajinan pandan ini juga tinggi.
Sebelum daun pandan dibuat anyaman maka harus diperlakukan khusus terlebih dahulu melalui beberapa tahapan.

1.   Setelah pandan dipanen kemudian dibersihkan dan dibuang duri-durinya.

2.  Kemudian, daun pandan dipotong sesuai ukuran anyaman, yakni mulai 1 sentimeter (cm) hingga 3 cm.

3.   Potongan-potongan tersebut lantas direbus hingga 30 menit. Proses perebusanini bertujuan untuk menghilangkan getah daunnya.

4.  Kemudian, daun pandandikeringkan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari. “Jika tertimpa sinar, daun itu bisa menggulung,”

5.  Setelah didiamkan sekitar enam jam, baru daun itu dilemaskan dan rendam di dalam air biasa selama empat jam.

6.  Baru kemudian dijemur di terik matahari hingga berwarna keputihan.

7.  Setelah itu, daun pandan itu siap diwarnai. Setelah proses pewarnaan yangberlanjut pengeringan selesai, daun pandan siap dianyam.

8.  Daun pandan dianyam sesuai dengan pola tas, sandal, dompet atupun lainnya sesuai keinginan anda



Tidak ada komentar:

Posting Komentar